Penulis: Ir. Vickner Sinaga, MM (BOD PLN 2009-2014, Penerima Setya Lencana Pembangunan Presiden RI)
BiruKuningNews – Raihan itu bukan kaleng-kaleng, terbaik dunia, se jagad raya. Mencipta mahakarya di bulan kemerdekaan NKRI. Mereka bertiga terlahir di negeri ini, menorehkan sejarah. Sebelumnya bukanlah atlit yang “paling diandalkan”, yang paling diagung-agungkan. Kesamaan lainnya, medali yang diperoleh karena skill individu, perseorangan.
Tentu buah dari latihan, disiplin dan kegigihan level dewa. Menjadi lebih wah, karena pembina di cabang olahraganya pun kalem luar biasa, luput dari liputan dan pemberitaan, kita urut dari tanggal raihan medalinya.
Gregoria Mariska Tunjung
Peraih medali perunggu Olimpiade Paris, single puteri cabang olahraga Bulutangkis, PBSI, lahir di bulan kemerdekaan. Minggu tanggal 11, hari ulang tahunnya yang ke 25. Tepatlah ucapannya, bahwa medali yang lama dinanti itu, hadiah ulang tahun bagi kita. Bagi NKRI yang ke 79, tak terlalu histeria. Meski karyanya materpiece. Cenderung relatif kalem untuk prestasi kelas dunia itu. Sekalem sosok-sosok berjasa disekelilingnya. Agung Firman Sampurna, adalah Ketua PBSI, pembina cabang olah raga itu.
Jorg, panggilan khasnya Gregoria, jauh dari hiruk pikuk pemberitaan media. Tak seriuh single putera dan ganda putera yang difavoritkan, pelatihnya? lebih kalem lagi. Jangan-jangan pembaca baru dengar dua nama ini. Indra Wijaya dan Herli Djaenudin, paduan yang patut menjadi panutan. Rantai utuh, pembina, pelatih dan atlit. Kalem namun nendang, low profile namun high profit.
Veddriq Leonardo
Medali emas akhirnya diperoleh juga. Veddriq Leonardo peraihnya, lahir 11 Maret 1997. Jadi ingat momen bersejarah itu, narasi Sebelas Maret. Kampiun dunia ini mengalahkan atlit Cina, di cabang olah raga Panjat Tebing. Tak tanggung, Veddriq, sekaligus memecahkan rekor dunia. Pelatihnya, Hendra Basir sangat berperan khususnya menjelang fase krusial, di hari pertandingan final itu. Mampu dibawah 15 detik, semoga kelak bisa dibawah 14 detik. Pembina cabor ini, sosok kalem juga meski tak asing di kuping, sapa dia? Yenni Wahid, pegiat humanisme.
Paduan pembina, pelatih dan atlit, tak terlalu ditonjolkan, namun merajut mahakarya tingkat dunia. Terima kasih Veddriq, Hendra Basir dan Yenni Wahid. Dan tentu pendamping tim yang jauh dari euforia pemberitaan sebelumnya.
Rizki Juniansyah
Tak menunggu lama, emas kedua diperoleh juga, Rizki Juniansyah mengukir sejarah. Putera Serang, Banten, kelahiran 17 Juni 2003. Lagi-lagi beririsan dengan tanggal bersejarah, tanggal kemerdekaan NKRI. Rizki jauh dari hiruk pikuk pemberitaan media. Padahal, Rizki adalah juara dunia junior berturut turut tahun 2021 dan 2022 kelas 73 kg putera cabang olah raganya sendiri, angkat besi termasuk favorit.
Namun atlit yang paling diandalkan dan paling tenar cedera, Eko Yuli Irawan, jadilah Rizki Juniansyah menjadi pahlawan. Kini sekaligus pemegang rekor dunia senior dalam angkatan total, pelatihnya? Juga tidak terlalu sering terdengar, Triyatno. Pembinanya? Rosan Roeslani, juga tak banyak menjadi konsumsi media. Pengusaha global yang pernah ditunjuk sebagai birokrat, wakil menteri BUMN.
Mahakarya kelas dunia, di dunia nyata, bukan diatas kertas. Tentu diraih bukan dengan usaha yang biasa biasa saja, kekompakan tim adalah syarat mutlak. Syarat lainnya adalah spirit atlit yang tak kenal menyerah, gigih, tak cengeng, memiliki etos kerja yang amanah. Menerima tugas dan menuntaskannya secara paripurna. Adversity Quotient yang ekselen. Bagi para pembina cabor, diharap bisa melahirkan atlit dunia pelapis yang telah kampiun.
Kisah trio pahlawan olimpiade Paris ini bisa dibuat menjadi referensi untuk pembinaan, bagi KOI dan KONI, para atlit di cabang individual mestinya menarik untuk mendapat perhatian lebih. Biaya tak mahal, namun pencapaian maksimal. Proporsional dengan cabang olahraga tim.
Selamat berakhir pekan, buat para sobat, sport mengajarkan sportivitas. Raihan nyata para pahlawan olimpiade Paris, semoga menginspirasi di kehidupan di luar sport. Award dan appresiasi yang diraih semoga berarti, dan nyata mengangkat harkat hidup orang banyak.
Cinere, Sabtu 10 Agustus di sore hari, kudedikasikan bagi para sobat yang kini sedang melaksanakan pertandingan dan perlombaan dalam rangka HUT RI ke 79. Selamat Ulang Tahun Negeriku.